Postingan

Konsep Kisah dalam Al Quran

Allah menjadikan Al-Quran sebagai kurikulum kehidupan. Dan tentang Al-Quran ini juga Rasulullah SAW bersabda,  إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما ويضع به آخرين Sesungguhya Allah mengangkat kaum-kaum dengan Al-Quran. Dan Allah menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Quran. Quran tidak hanya mengangkat dalam kehidupan dunia, namun juga mengangkat di akhirat.  يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ : اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ ، كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا ، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا.  “Dikatakan kepada penghafal Alquran: "Bacalah, naiklah dan baca secara tartil. Seperti engkau membaca tartil di dunia. Karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi dari Amr bin Ash) Karakter Quran akan selalu mengangkat siapapun yang bersentuhan dengannya. Malaikat termulia adalah malaikat Jibril yang Allah tugaskan menyampaikan Al-Quran. Rasul yang Allah pilih untuk menerima wahyu Al-Quran menjadi Rasul termulia, yaitu Nabi Muh

Tentang Nama

Islam tidak mengenal "apalah arti sebuah nama". Setiap nama dalam Islam harus baik, mengandung makna yang baik. Abdul Muthalib kakek Rasulullah SAW mempunyai beberapa anak laki-laki. Di antaranya Abu Lahab yang memiliki nama asli Abdul 'Uzza (nama patung), juga Abu Thalib yang nama aslinya Abdul Manaf. Namun Allah memilih bahwa Rasulullah SAW lahir dari anak Abdul Muthalib yang bernama "Abdullah". Begitu ibunda beliau yang bernama "Aminah". Nama yang artinya baik, dan memiliki akar kata yang sama dengan "aman", "iman", dan "amanah". Pun ketika Rasulullah SAW masih bayi dan hendak disusui oleh Halimah, sang kakek menanyakan kepada Halimah tentang namanya. Kakeknya lega melepas bayi Muhammad SAW yang mulia kepada seorang wanita bernama Halimah (artinya: santun) yang berasal dari Bani Sa'd (artinya: kebahagiaan). Dalam perjalanan perang Khaibar, Rasulullah SAW berhadapan dengan beberapa pilihan jalan. Beliau pun menanyaka

Mengawali Generasi Hebat

Mencetak Ahli Ilmu, Belajar dari Ayah Imam al-Ghazali. Bagaimana mengawali lahirnya seorang yang hebat? __________ 🅰️pakah harus kaya untuk memfasilitasi anak kita? Atau harus selalu berusaha memberikan sekolah mahal dengan biaya melangit untuk pendidikan mereka? Dari mana semua itu diawali? Mari sejenak kita menengok sosok orang besar di balik Imam al-Ghazali yaitu ayahanda beliau. AYAH Imam Al Ghazali  adalah seorang fakir yang shalih, hanya mangandalkan makanan dari hasil tenunan kain wol.  Beliau memiliki setidaknya tiga sifat yang patut kita renungi dalam-dalam.  1️⃣ *Pertama,* adalah menjaga diri dari rizki yang tidak halal,  2️⃣ *Kedua,* mencintai majelis ilmu. Ayah Imam Al Ghazali gemar berkeliling kepada para penuntut ilmu fiqih untuk berkhidmat kepada mereka, dan juga menghadiri majelis-majelis nasihat. 3️⃣ *Ketiga,* berdo'a dengan sungguh-sungguh demi anaknya.  ✅ *Jika ia mendengar perkataan dari salah satu ahli ilmu fiqih, ia pun menangis dan berdo'a agar putranya

BAGAIMANA ENGKAU MENGHABISKAN WAKTU?

Oleh : Cahyadi Takariawan Belajar Mengoptimalkan Waktu dari Orang Terdahulu Muhammad bin Hasan (132-189 H), salah seorang murid Imam Abu Hanifah, tidak tidur malam kecuali sedikit. Di sampingnya selalu ada buku. Jika bosan dengan satu buku, ia akan membaca buku yang lain. Al-Baqilani tidak tidur malam sebelum selesai menulis sebanyak 35 lembar. Kebiasaan beliau adalah shalat 20 rakaat setiap malam. ‘Isham bin Yusuf Al-Balkhi (w. 215 H), seorang ahli fiqh dan hadits, rela membeli sebuah pena dengan harga mahal. Ia menyatakan, umur manusia begitu pendek, sementara ilmu begitu banyak. Sudah seharusnya penuntut ilmu tidak menyia-nyiakan waktunya. Seorang ahli hadits, ‘Ubaid bin Ya’isy, guru dari Imam Bukhari dan Muslim, terbiasa makan malam dengan disuapi oleh saudarinya. Tangan beliau sibuk menulis hadits. Tidak ada waktu untuk menyentuh makanan. Muhammad bin Suhnun Al-Qairuwani (202-256 H), disuapi makan malam oleh pelayannya, sementara Ibnu Suhnun sendiri sibuk menulis kitab. Abu Raihan

[Baiti Jannati 4] Nak, Kenalilah Allah

Gambar
Dari kajian Kursihikmah.id oleh Ust. Maman Surahman, Lc Pendidikan iman sesungguhnya adalah harapan dan kegelisahan para Nabi dan orang-orang shalih. Di Thaif, Rasulullah disakiti dan tidak membalas. Bahkan ketika malaikat menawarkan untuk melemparkan gunung batu kepada mereka, Rasulullah justru mendoakan anak keturunan penduduk Thaif kelak menjadi orang beriman. Setiap Nabi menyeru kaumnya dengan membawa aqidah, dan mendidik anak keturunan mereka dengan keimanan. Nabi Nuh as. berdakwah 950 tahun namun salah satu puteranya tidak beriman. Allah memotret kesedihan beliau dalam Al-Quran tentang kafirnya puteranya tersebut. (وَهِیَ تَجۡرِی بِهِمۡ فِی مَوۡجࣲ كَٱلۡجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبۡنَهُۥ وَكَانَ فِی مَعۡزِلࣲ یَـٰبُنَیَّ ٱرۡكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ) [Surah Hud 42] Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku sa

Rumah Ibrahim

Ibrahim . Bukan manusia biasa. Bukan pula Nabi biasa. Ia adalah ayah para Nabi. Rasul yang terpilih, salah satu dari Rasul Ulul 'Azmi. Namanya Allah abadikan sebagai nama sebuah surah dalam kitab paling agung, Al-Quran. Kisahnya bertebaran dalam surah-surah lain. Tentang masa kecilnya, keshalihannya, kepahlawanannya, keluarga dan masa tuanya. Setiap jejak kehidupannya adalah inspirasi. Menjadi bekal kehidupan dan panutan kita hingga kini. Sebut saja prosesi kurban di hari Idul Adha, melontar jumrah, sampai prosesi Sa'i yang diambil dari kisah beliau dan keluarganya. Ibrahim . Allah menempanya dengan kelahirannya di tengah masyarakat kafir, dengan pemimpin kafir, bahkan ayah yang kafir lagi kejam. Ancaman untuk keimanannya datang dari orang yang paling disayanginya, ayahnya sendiri. Kelembutan hatinya membuatnya tetap mendoakan sang Ayah, agar Allah mengampuninya. Namun keimanan  Ibrahim  di atas segalanya. Ketika ia tahu bahwa tak ada ampunan bagi mereka yang meninggal dalam ke

Tentang Wabah

Gambar
*KEUTAMAAN WABAH THAUN* Lama saya merenung, mengapa Imam Ibnu Hajar memberi judul bukunya, "Keutamaan Wabah Thaun". Ini seperti andaikata saya membuat judul tulisan ini, "Keutamaan Wabah Korona."  Kira-kira bagaimana  reaksi Anda?  Padahal thaun adalah wabah yang sangat mengerikan. Orang sore terkena, paginya bisa meninggal. Begitu pun yang terkena wabah pagi hari, sorenya bisa meninggal. Konon, dua putra Imam Ibnu Hajar termasuk yang wafat karena thaun. Saking dahsyatnya, dulu para sahabat pernah menyalatkan jenazah puluhan korban wabah thaun dalam sekali shalat jenazah. Wabah thaun inilah yang sering dikiaskan dengan pandemi Korona. Walaupun jika dicari perbedaan, banyak sekali perbedaannya. Namun saya tidak akan membahas detail-detail masalah di atas. Butuh waktu. Butuh kecermatan untuk membahasnya. Selain bekal yang cukup dalam ilmu. Biar orang lain yang membahas, apakah Korona sama dengan thaun? Ataukah lebih dahsyat? Atau lebih ringan. Saudara-saud