Konsep Kisah dalam Al Quran

Allah menjadikan Al-Quran sebagai kurikulum kehidupan. Dan tentang Al-Quran ini juga Rasulullah SAW bersabda, 

إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما ويضع به آخرين

Sesungguhya Allah mengangkat kaum-kaum dengan Al-Quran. Dan Allah menjatuhkan kaum-kaum yang lain juga dengan Al-Quran.

Quran tidak hanya mengangkat dalam kehidupan dunia, namun juga mengangkat di akhirat.

 يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ : اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ ، كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا ، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا. 

“Dikatakan kepada penghafal Alquran: "Bacalah, naiklah dan baca secara tartil. Seperti engkau membaca tartil di dunia. Karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi dari Amr bin Ash)

Karakter Quran akan selalu mengangkat siapapun yang bersentuhan dengannya.

Malaikat termulia adalah malaikat Jibril yang Allah tugaskan menyampaikan Al-Quran.

Rasul yang Allah pilih untuk menerima wahyu Al-Quran menjadi Rasul termulia, yaitu Nabi Muhammad shallaLLAhu 'alayhi wasallam.

Tempat yang Allah pilih sebagai tempat turunnya Al-Quran, menjadi tempat yang paling mulia yaitu kota Makkah dan Madinah.

Bulan yang Allah pilih menjadi bulan turunnya Al-Quran menjadi bulan yang paling mulia dan menjadi satu-satunya nama bulan yang Allah sebutkan dalam Al-Quran yaitu bulan Ramadhan.

Dan bahkan malam yang Allah pilih sebagai malam turunnya Al-Quran menjadi malam yang paling mulia yaitu Lailatul Qadr.

Al-Quran adalah kurikulum yang memiliki karakter 'mengangkat'. Sehingga generasi yang dididik dengan Al-Quran, maka dia akan terangkat. Ketika sahabat adalah generasi yang Allah angkat dengan Al Quran, maka kita perlu merenung dengan kondisi kita zaman sekarang. Apakah kita terangkat oleh Al Quran?

Jika para sahabat diangkat dengan Al Quran dan kita belum diangkat dengan Al Quran, pasti ada yang salah dengan cara kita berinteraksi dengan Al Quran.

Faktanya, sepertiga isi Al Quran adalah kisah. Maka kisah adalah sepertiga kurikulum Al Quran. Di sinilah pentingnya kita memahami konsep berkisah dalam Islam.

Karena kisah adalah kurikulum yang Allah hadirkan dengan Al Quran.

Mengapa kisah?

Karena kisah adalah peristiwa sejarah yang terjadi pada ummat manusia. Kisah adalah sunnatullah, berisi hukum yang berlaku selamanya, tidak akan berubah.

Dalam surah Fathir: 43 Allah berfirman:

ٱسۡتِكۡبَارٗا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَكۡرَ ٱلسَّيِّيِٕۚ وَلَا يَحِيقُ ٱلۡمَكۡرُ ٱلسَّيِّئُ إِلَّا بِأَهۡلِهِۦۚ فَهَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ ٱلۡأَوَّلِينَۚ فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَبۡدِيلٗاۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَحۡوِيلًا

Karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan yang berlaku pada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketentuan Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.

-Surah Fatir, Ayat 43

Orang yang memahami konsep kisah, akan memahami sunnatullah dalam tiap peristiwa. Di situlah pentingnya kita belajar kisah.

DR Thariq Suwaidan dalam kitabnya Al-Andalus At-Tarikh Al-Mushawwar mengatakan,

"Tanyakan pada sejarah, bukankah ketika bintang peradaban kita meredup, maka di sisi lain, bintang para penyanyi laki-laki dan perempuan menyala terang."

Kita perlu belajar konsep kisah yang benar, karena ada kisah dan juga dongeng.

Adapun dongeng bersifat khayalan dan fiktif. Dengan kata 'dongeng' inilah orang kafir mencela wahyu.

وَإِذَا قِيلَ لَهُم مَّاذَآ أَنزَلَ رَبُّكُمۡ قَالُوٓاْ أَسَٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Apakah yang telah diturunkan Tuhan kamu?” Mereka menjawab, “Dongeng-dongeng orang terdahulu,”

-Surah An-Nahl, Ayah 24

Al-Quran bukanlah dongeng. Al-Quran adalah mukjizat. Dan jika kita menggunakan dongeng dalam kurikulum pendidikan kita, maka kita sedang menyelisihi Al-Quran.

Permasalah dongeng ini sudah diketahui oleh musuh Islam sejak awal. Ada seorang tokoh Quraisy yang bernama An Nadhr bin Al Harits sampai rela mengeluarkan banyak biaya untuk mendatangkan dongeng-dongeng dari negara lain untuk mengalihkan manusia dari Al-Quran, dari kurikulum pendidikan Al-Quran.

Allah SWT berfirman tentang peristiwa tersebut:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيۡهِمۡ حَسۡرَةٗ ثُمَّ يُغۡلَبُونَۗ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحۡشَرُونَ

Sesungguhnya orang-orang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan,

-Surah Al-Anfal, Ayah 36

Jika kita mendapati masyarakat muslim sekarang menyukai dongeng, bahkan mengisahkan dongeng-dongeng tersebut kepada anaknya, maka musuh islam tinggal duduk manis melihat kerusakan yang akan terjadi.

Jika dulu musuh Islam mengeluarkan dana besar untuk merusak, maka sekarang yang merusak adalah muslim sendiri karena ketidakpahaman mereka dengan konsep dongeng. Karena sungguh bertolakbelakang makna berkisah dengan makna berdongeng.

Dalam bahasa Arab, kisah disebut dengan قِصَّةٌ  . Jamaknya قِصَص. Tapi di Al-Quran, Allah menamai surah yang berisi kisah-kisah dengan القَصَص. 

Apa beda القِصَص dengan القَصـص ?

القِصص adalah cerita yang pernah terjadi pada ummat terdahulu. Sedangkan القَصص adalah kisah dan berkisah. Sehingga kita perlu memperhatikan pula cara menuturkan kisah.

Dalam surah Yusuf ayat 111 Allah berfirman:

لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ مَا كَانَ حَدِيثٗا يُفۡتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصۡدِيقَ ٱلَّذِي بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَتَفۡصِيلَ كُلِّ شَيۡءٖ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ

Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur`ān) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

-Surah Yusuf, Ayah 111

Konsep berkisah di dalam Al-Quran yang harus kita garisbawahi adalah Al-'Ibroh yaitu pelajaran. Sehingga cara bertutur kisah menurut Al-Quran bukanlah sekedar menuturkan fakta kisah yang pernah terjadi, tapi lebih kepada apakah dalam fakta tersebut ada pelajaran di dalamnya.

Jika sebuah cerita tidak ada pelajaran di dalamnya, maka tidak perlu diceritakan.

Maka kita dapati, Al Quran bukanlah kitab sejarah, namun kitab hidayah. Dan dalam berkisah, Al Quran tidak menceritakan dengan detail, namun potongan kisah-kisah penuh ibroh.

Kisah di dalam Al Quran sudah Allah pilih dari semua peristiwa yang penuh dengan pelajaran.

Dan inti dari القَصص adalah Ulul Albab. Menjadikan orang-orang itu memiliki kemampuan memahami inti masalah dan mengambil hikmah.

Allh berfirman:

 فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُون

Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.

-Surah Al-A'raf, Ayat 176

Maka yang dinamakan kisah adalah penuturan yang membuat pendengarnya berfikir. Bukan penuturan yang membuat rileks, santai seperti dongeng pengantar tidur.

Jika penuturan sebuah kisah tidak membuat pendengarnya berfikir, maka hal itu tidak seperti konsep berkisahnya Al Quran. Dimana kisah-kisah yang dikisahkan akan menjadikan pendengarnya menjadi Ulul Albab.

Itulah yang membuat kualitas kita berbeda dengan kualitas kecerdasan para sahabat.


Israiliyat

Israiliyat adalah kisah yang sumbernya adalah Bani Israil.

Komentar

Populer

Insya Allah, In Shaa Allah, In Syaa Allah atau ....?

Sebelum Engkau Halal Bagiku

The Centong Hunter (Awwab dan Empatinya)