The Power of Kepepet
Judul tulisan ini, "The Power of Kepepet" sebenarnya adalah judul sebuah buku tulisan @KataJURAGAN. Nah lho? Aku kok bikin judul tulisan dengan judul buku terus? Tandanya aku lagi mupeeeeeng :D
Pertama mendengar kalimat pendek tersebut, ingin tertawa geli rasanya. Unik, tapi benar.
Sangat penasaraaaaan, ingin tau isinya. Semoga buku itu masih jadi rizqiku.
Sore tadi, aku ingat kejadian bertahun-tahun lalu ketika aku masih duduk di kelas 1 SMP. Ada hubungannya dengan "TEPOK" ini nih..
Jadi waktu itu, aku dan teman-teman yang masih sangat imut-imut (usiaku kira-kira 11 tahun) mencoba mengadakan santunan untuk anak-anak dhuafa di sekitar pondok kami yang masih berbentuk hutan. Kami bekerja keras bersama. Mulai urusan proposal, dekorasi, sampai pembagian kupon. Untuk pembagian kupon, kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari +-6 orang. Tinggal membagikan kupon saja. Data sudah kami dapat di pagi harinya.
Tiba-tiba di suatu perkampungan (yang disebut perkampungan adalah kumpulan beberapa rumah), seorang bapak menghampiri kami dengan wajah garang. Marah-marah gak jelas. Dua anjing berbulu lebat menyalak-nyalak di sampingnya. Tidak ada yang tau apa pokok permasalahannya. Anak-anaknya termasuk yang dapat kupon kok. Teman-temanku mulai menangis. Dan anehnya, beberapa teman berlindung di balik punggungku. What?
Kepepet membuat ku yang pemalu merasa harus bertindak!
Seakan ada suatu kekuatan, akupun mencoba berbicara baik-baik dengan si bapak. Karena topiknya gak jelas, aku cuma bilang, "Baik Pak, insya Allah ke depan kami akan buat yang lebih baik lagi". Lalu si bapak mengangguk. Selesai.
Loh? Gitu doang? :D
Sampai sekarang tidak ada di antara kami yang tau masalahnya. Kami hanya pulang kembali ke pondok, menceritakannya pada ustadzah yang langsung memberi instruksi untuk banyak berdzikir dll.
Tapi satu hal yang mengherankan untukku: Aku berani!
Fyi, sejak kecil aku sangat pemalu. Kalau disuruh guru maju ke depan kelas untuk apapun, suaraku tak pernah terdengar. Mungkin cicit tikus masih lebih keras dari suaraku. Pernah aku gugur di lomba baca Quran karena suaraku tidak terdengar, dan panitia jadi sibuk memperbaiki mic (padahal memang suaraku kelewat pelan, haha).
Aneh pada saat itu, aku berani melakukan sesuatu! Di saat bapak sangar itu marah-marah, teman-teman menangis, dua anjing menyalak-nyalak mengerikan. Tepatnya, KEPEPET.
Aku kepepet, lalu tiba-tiba aku BISA! Tidak ada lagi malu, atau apapun yang menghalangiku.
Mengingat kejadian itu, aku jadi benar-benar PERCAYA soal kekuatan kepepet. Jangan pernah jadikan situasi kepepet sebagai alasan untuk lari dari masalah. Justru temukan keberanianmu di sana. Keberanian untuk memulai #eksyen SAAT ITU JUGA.
PS: Try this anywhere :)
Pertama mendengar kalimat pendek tersebut, ingin tertawa geli rasanya. Unik, tapi benar.
Sangat penasaraaaaan, ingin tau isinya. Semoga buku itu masih jadi rizqiku.
Sore tadi, aku ingat kejadian bertahun-tahun lalu ketika aku masih duduk di kelas 1 SMP. Ada hubungannya dengan "TEPOK" ini nih..
Jadi waktu itu, aku dan teman-teman yang masih sangat imut-imut (usiaku kira-kira 11 tahun) mencoba mengadakan santunan untuk anak-anak dhuafa di sekitar pondok kami yang masih berbentuk hutan. Kami bekerja keras bersama. Mulai urusan proposal, dekorasi, sampai pembagian kupon. Untuk pembagian kupon, kami dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari +-6 orang. Tinggal membagikan kupon saja. Data sudah kami dapat di pagi harinya.
Tiba-tiba di suatu perkampungan (yang disebut perkampungan adalah kumpulan beberapa rumah), seorang bapak menghampiri kami dengan wajah garang. Marah-marah gak jelas. Dua anjing berbulu lebat menyalak-nyalak di sampingnya. Tidak ada yang tau apa pokok permasalahannya. Anak-anaknya termasuk yang dapat kupon kok. Teman-temanku mulai menangis. Dan anehnya, beberapa teman berlindung di balik punggungku. What?
Kepepet membuat ku yang pemalu merasa harus bertindak!
Seakan ada suatu kekuatan, akupun mencoba berbicara baik-baik dengan si bapak. Karena topiknya gak jelas, aku cuma bilang, "Baik Pak, insya Allah ke depan kami akan buat yang lebih baik lagi". Lalu si bapak mengangguk. Selesai.
Loh? Gitu doang? :D
Sampai sekarang tidak ada di antara kami yang tau masalahnya. Kami hanya pulang kembali ke pondok, menceritakannya pada ustadzah yang langsung memberi instruksi untuk banyak berdzikir dll.
Tapi satu hal yang mengherankan untukku: Aku berani!
Fyi, sejak kecil aku sangat pemalu. Kalau disuruh guru maju ke depan kelas untuk apapun, suaraku tak pernah terdengar. Mungkin cicit tikus masih lebih keras dari suaraku. Pernah aku gugur di lomba baca Quran karena suaraku tidak terdengar, dan panitia jadi sibuk memperbaiki mic (padahal memang suaraku kelewat pelan, haha).
Aneh pada saat itu, aku berani melakukan sesuatu! Di saat bapak sangar itu marah-marah, teman-teman menangis, dua anjing menyalak-nyalak mengerikan. Tepatnya, KEPEPET.
Aku kepepet, lalu tiba-tiba aku BISA! Tidak ada lagi malu, atau apapun yang menghalangiku.
Mengingat kejadian itu, aku jadi benar-benar PERCAYA soal kekuatan kepepet. Jangan pernah jadikan situasi kepepet sebagai alasan untuk lari dari masalah. Justru temukan keberanianmu di sana. Keberanian untuk memulai #eksyen SAAT ITU JUGA.
PS: Try this anywhere :)
Komentar
Posting Komentar