Saya sedang sibuk pada sms seorang teman ketika saya sadari Awwab (putra pertama saya yang berusia 2 tahun) menatap saya dalam dengan wajah kesal dan setengah berteriak, "Mama!".
Astaghfirullah..
Ternyata ia sudah memanggil saya berkali-kali, tepat di samping saya (maafkan Mama, nak!).
Kita semua tentu tau, Allah menciptakan satu mulut untuk kita dan dua telinga. Untuk apa? Ya tepat sekali. Kita sudah seharusnya lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Entah berapa banyak dosa yang telah diperbuat lisan kita.
Dalam sebuah page di FB (
Statusku, Ladang Subur Pahalaku), saya menemukan kata-kata hikmah dari Lukman Al-Hakim:
Wahai anakku .... bila orang2 membanggakan perkataan2 mereka .... maka engkau berbanggalah dengan diammu .... aku tidak pernah menyesali diamku sekalipun .... namun untuk semua kata2 ku .... seringkali aku menyesalinya
( Luqman Hakim )
by Habsi Al Madani
Subhanallah.. Sangat benar sekali! =)
Kembali ke cerita 'pengabaian' saya kepada Awwab, sungguh saya menyesalinya. Andaikan saya dengan cepat meresponnya, ia pasti sangat senang. Lalu mungkin ia akan menceritakan sesuatu, kami bercengkerama bersama, dan di sana saya juga bisa bercerita kembali, menanamkan nilai-nilai dasar agama dan akhlaq untuknya. Dan yang terpenting, dia tidak menjadi sedih dan kesal hingga harus setengah berteriak kepada saya. Dengan saya meresponnya, ia akan merasa dicintai. Apalagi jika seterusnya saya mendengarkannya, ia akan merasa nyaman bersama saya sebagai orangtuanya. Tentu itulah yang kita harapkan.
Saya pernah membaca sebuah cuplikan kisah yang sangat menyentuh dari seorang Ibu:
"Bu, aku tau Ibu sangat mencintaiku" tegur sang anak tiba-tiba.
"Oh, tentu saja! Kau meragukannya?" sang Ibu kaget mendengar pernyataan itu namun juga senang.
"Tidak. Tapi aku tahu Ibu sangat mencintaiku, karena Ibu selalu menghentikan apapun yang Ibu kerjakan jika aku memanggil Ibu".
Subhanallah.
Lihatlah, Bunda. Seorang anak yang masih kecil pun membaca cinta dari sikap kecil orangtuanya yang sering kita anggap remeh, mendengarkan. Kita sering merasa sms dari atasan di kantor lebih penting untuk ditanggapi daripada celoteh seorang anak yang entah berisi cerita apa. Padahal pembuktian cinta dengan mendengarkan akan membuatnya mempercayai kita, menjadikan kita sahabat terbaik untuknya, (semoga) hingga dewasa.
Bunda, dengarkan anak kita yuk!!
Salam sayang untuk semua bunda shalihah di seluruh dunia~!
Komentar
Posting Komentar